Jumat, 20 Desember 2013
Seminar Nasional Diabetes Mellitus Tipe 2
14.46
No comments
Ayo Ikuti!
SEMINAR NASIONAL DIABETES MELITUS TIPE 2
"Live a Better Life Through the Essential Management of Type 2 Diabetes Mellitus"
Minggu, 23 Februari 2014
bertempat di
Auditorium Angripta Loka, Gedung Werdhapura, Sanur - Bali
menghadirkan 3 pembicara berkompeten & ahli di bidang Diabetes Mellitus:
1. Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp. PD-KEMD
Terapi Medikamentosa dalam Penatalaksanaan Diabetes Melitus Tipe 2
2. Dr. dr. Gd Ngurah Indraguna Pinatih, M.Sc., Sp. And.AIFO
Pendekatan Terapi Nutrisi dalam Penatalaksanaan Diabetes Melitus Tipe 2
3. Prof. Dr. dr. J. Alex Pangkahila, M.Sc., Sp. And.AIFO
Pendekatan Terapi Olahraga dalam Penatalaksanaan Diabetes Melitus Tipe 2
TEMPAT TERBATAS!
Informasi Tiket
Mahasiswa & Umum hanya Rp 65.000,-
Dokter Umum & Spesialis hanya Rp 100.000,-
dengan fasilitas:
SKP IDI dan Nasional
Seminar Kit
Piagam
Makan Siang
Coffee Break
Minggu, 01 Desember 2013
SINTESA Vol. 1
09.07
No comments
Sembari
mempersiapkan diri untuk mengikuti SA 7 - 2014 khususnya lomba Esai
Ilmiah Populer, kami mempersilakan para pencinta esai untuk mengunduh
karya terbaik esai SA 5 - 2012. SINTESA atau Scientific Atmosphere Essay Archive merupakan
salah satu produk dari event kompetisi ilmiah nasional Sientific
Atmosphere. SINTESA memuat 10 karya esai terbaik dari hasil penilaian
para dewan juri. SINTESA vol.1 merupakan hasil dari lomba essay
Scientific Atmosphere 2012 yang mengambil tema “The Challenge of Travel Medicine in 21st Century”.
Berikut daftar judul esai yang terangkum dalam sintesa vol.1:
- Perjalanan Aman, Berpetualangan Nyaman, Kebugaran Jalan, Malaria Pun Segan
- Sekali Mendayung Dua Tiga Pulau Terlampaui Wisata Iya,Sehat Tentu Saja!
- Sekaha Teruna Sang Pembasmi Sakit Hati
- Inventarisasi dan Standardisasi: Pengelolaan Struktural Travel Medicine (Kegagalan Pola Asuh Sapu Jagat di Indonesia)
- Peran Penting Dokter Wisata Dalam Kepungan Super Bug
- Manajemen Overactive Bladder Saat Travelling Dengan Neuromodulasi Stimulasi Elektrik Plexus Sacralis Yang Menstimulasi Reseptor β-Adrenergik Untuk Menurunkan Tingkat Hiperaktivitas Kandung Kemih Traveller
- Urgensi Vaksin Meningitis Sebagai Upaya Preventif Infeksi Meningitis Terhadap Jemaah Haji
- Melirik Peluang Kedokteran Wisata di Bali : Siapa Mau Jadi Dokter Wisata?
- Afas dan Pengaruhnya Pada Kesehatan Pariwisata Abad 21
- Travel Medicine: Terapi Insomnia Ala Kaki Lima atau Bintang Lima?
Selamat
membaca...
- arya -
Klik gambar untuk download:
Selasa, 19 November 2013
Scientific Atmosphere 7
23.54
3 comments
Kelompok Ilmiah Hippocrates Fakultas Kedokteran Universitas Udayana proudly present :
SCIENTIFIC ATMOSPHERE 7, 20-23 Februari 2014
Event : Lomba Karya Tulis Mahasiswa, Esai Ilmiah Populer, Poster
Ilmiah dan Video Edukasi.
Memperebutkan total hadiah 14juta, piala tetap, piala
bergilir Mentri Pendidikan, Gubernur Bali, Bupati Jembrana Dan Rektor Udayana !
Lomba terbuka untuk mahasiswa/i universitas kesehatan atau sekolah tinggi
kesehatan seluruh Indonesia (LKTM, Poster Ilmiah dan Video Edukasi) dan
masyarakat umum usia 15-30 tahun (khusus untuk Esai). Deadline penerimaan karya 5 Januari 2014. Ayo
ikuti lombanya dan nikmati keindahan pulau dewata !
Info lebih lanjut :
Twitter : @satmosphere7
Facebook : Scientific Atmosphere
Blog : www.scientificatmosphere7.blogspot.com
CP : Krishna 081805477287, Bayu 081916623677
CP : Krishna 081805477287, Bayu 081916623677
FEEL THE ATMOSPHERE !
Minggu, 10 November 2013
Tema Scientific Atmosphere 7
10.08
No comments
Fight Against Noncommunicable Diseases: Reduce Further Progression of Global Burden of Disease
Seiring dengan perkembangan zaman dan perubahan gaya hidup, terjadi pula pergeseran pola penyakit didunia. Gaya hidup modern dan tingginya tingkat kesibukan masyarakat berpengaruh pada penurunan kualitas kesehatan terutama yang berhubungan dengan peningkatan faktor resiko Noncommunicable Diseases (NCDs). NCDs atau yang diketahui sebagai penyakit kronis, merupakan penyakit tidak menular dan memiliki progresifitas yang lambat, sehingga berpengaruh padadurasi penyakit yang panjang. World Health Organization (WHO) mengelompokkan NCDs menjadi 4 kelompok besar penyakit dengan angka morbiditas dan mortalitas tertinggi diantara NCDs lainnya, yaitu penyakit kardiovaskuler, kanker, penyakit pernapasan kronis, dan diabetes. Lambatnya progresifitas dan durasi penyakit yang panjang membuat NCDs saat ini menjadi silent killer yang sangat berbahaya di dunia.
Dewasa ini, terjadi peningkatan signifikan pada laju morbiditas dan mortalitas NCDs. Berdasarkan atas data yang didapatkan oleh WHO, hingga saat ini angka mortalitas yang ditimbulkan oleh NCDs sebesar 36 juta kematian setiap tahunnya di dunia yang 80% dari angka tersebut terdapat di negara berpendapatan rendah dan negara berkembang. Di mana, 9 juta kematian terjadi pada usia dibawah 60 tahun atau yang disebut dengan premature death. Diantara berbagai penyakit yang termasuk ke dalam kelompok NCDs, penyakit kardiovaskuler menjadi penyumbang angka mortalitas tertinggi, yaitu sebesar 17,3 juta kematian setiap tahunnya. Selain itu, kanker juga memiliki angka mortalitas yang tinggi sebesar 7,6 juta kematian setiap tahunnya dan diikuti oleh penyakit pernapasan kronis serta diabetes yang mencapai angka 1,3 juta hingga 4,2 juta kematian setiap tahunnya. WHO memperkirakan pada tahun 2020, NCD akan menyebabkan 73% mortalitas dan 60% morbiditas di seluruh dunia.
Saat ini, NCD menjadi permasalahan mayor kesehatan di Indonesia. Terbukti menurut data hasil Riset Kesehatan Dasar (Rikesda), pada tahun 2007 NCDs merupakan penyebab kematian tertinggi di Indonesia hingga mencapai 31,9% dari seluruh kematian di Indonesia. Menurut WHO, hampir 80% dari seluruh kematian akibat NCD terjadi di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah, termasuk Indonesia. Lebih dari 80% dari seluruh kematian yang terjadi di Indonesia akibat NCD, disebabkan oleh penyakit kardiovaskulerdan diabetes, hampir 90% disebabkan oleh penyakitpernapasan kronis, dan sekitar dua per tiga kematian akibat kanker terjadi di negara berpendapatan rendah danmenengah, termasuk Indonesia. Tingginya angka morbiditas dan mortalitas akibat NCDs di Indonesia diakibatkan oleh meningkatnya faktor resiko NCDs pada masyarakat Indonesia, seperti meningkatnya penggunaan tembakau, penurunan aktivitas fisik, dan pola konsumsi makanan yang tidak sehat.
Selain menyebabkan peningkatan morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia, NCDs juga memberikan efek negatif pada sosial ekonomi masyarakat di dunia. Peningkatan pembiayaan di bidang kesehatan dan berkurangnya kelompok usia produktif akibat NCDs, menyebabkan memburuknya aspek finansial masyarakat dan menurunkan kesejahteraan hidup masyarakat. Berdasarkan atas fenomena peningkatan morbiditas dan mortalitas NCDs serta efek negatif yang ditimbulkanoleh NCDs pada berbagai aspek kehidupan terutamapada bidang kesehatan, Scientific Atmosphere 7 Fakultas Kedokteran Universitas Udayana mengangkat tema “Fight Against Noncommunicable Diseases: Reduce Further Progression of Global Burden of Disease”. Diharapkan dengan diangkatnya tema tersebut, mahasiswa kesehatan seluruh Indonesia tergerak untuk secara aktif melakukan upaya controlling NCDs di Indonesia melalui berbagai inovasi dengan pendekatan komprehensif pada seluruh sektor kehidupan yang berhubungan dengan NCDs.
Selasa, 29 Oktober 2013
Mengenal Sitasi II: Harvard Style
16.11
1 comment
Mengenal Sitasi II: Harvard Style
Beberapa waktu yang lalu kita sudah membicarakan
tentang apa dan bagaimana itu sistem vancouver dan saat ini saya akan
sedikit menjelaskan apa yang dimaksud dengan sistem harvard. Sistem Harvard
merupakan sistem yang berdasarkan penulis-tanggal (author date style),
dimana kutipan dengan sistem ini terlihat sangat khas dalam teks berupa “(Arya,
2012)”. Dalam bidang ilmu sosial, sistem ini kelihatan lebih populer daripada
sistem Vancuver.
Menulis Daftar Pustaka
Daftar pustaka dalam sistem Harvard disusun
berdasarkan urutan abjad dari nama pengarang yang telah di balik. Dalam bagian
ini, penulisan sistem Harvard akan langsung dijelaskan berdasarkan tipe atau
jenis media yang akan dikutip. Bagian penjelasan lebih lanjut dapat dilihat
dibawahnya.
Mereferensikan Buku
Dari model diatas dapat kita lihat beberapa
ketentuan berikut:
Pengarang/pemilik
- Nama pengarang dibalik, nama belakang/terakhir/famili ditaruh di depan, sedangkan nama sisanya dijadikan dalam bentuk inisial maksimal 2 abjad.
- Antara nama dan inisial dipisahkan oleh koma dan spasi.
- Setiap inisial diakhiri sebuah titik (Kharisma, P.R., Juanda, A.B.). Ini sedikit berbeda dengan sistem Vancouver dimana inisial tidak diakhiri dengan titik.
- Gunakan koma untuk mengakhiri informasi pengarang atau pemilik.
Judul buku
- Gunakan huruf kapital pada awal judul buku saja. Selebihnya ketentuan penulisan judul buku mirip dengan sistem Vancouver.
- Sedikit berbeda dengan penulisan Vancouver, judul buku pada sistem Harvard harus menggunakan italic atau huruf yang dimiringkan.
- Akhiri judul buku dengan menggunakan titik.
- Sistem edisi mirip dengan sistem Vancouver.
Tempat terbit dan penerbit
Penulisan ini kurang lebih sama dengan sistem
Vancouver
Mereferensikan sebuah kontribusi yang terdapat
dalam buku
Terkadang buku merupakan suatu bentuk kumpulan dari
banyak tulisan atau kontribusi dari masing-masing penulis yang berbeda.
Biasanya buku ini diedit oleh seorang editor, yang dengan demikian keduanya
harus dicantumkan.
Mereferensikan entri sebuah ensiklopedia atau kamus
Terkadang kita juga menggunakan ensiklopedia dan
kamus untuk menentukan arti atau makna suatu kata. Jika menggunakannya dalam
membuat tulisan, ketentuan merujuk entri ensiklopedia atau kamus adalah:
Penerbit/nama pemilik, tahun terbit. Judul entri
atau kontribusi. In: Judul ensiklopedia atau kamus. Edisi (jika
bukan yang pertama). Tipe media (jika bukan versi cetak). Tempat terbit:
Penerbit.
Mereferensikan artikel dalam sebuah jurnal
Mereferensikan sebuah electronic book
(e-book) dan halaman web
Dalam mereferensikan sebuah e-book, ada beberapa
hal yang harus diperhatikan yaitu:
- Jika kita tahu, yakin, atau ada pemberitahuan bahwa buku versi elektronik dan versi cetak adalah sama, maka kita dapat membuat sitasi Harvard berdasarkan versi cetaknya.
- Namun apabila kita ragu atau untuk menghindari ketidaktahuan bahwa versi cetak berbeda dengan versi elektronik, cantumkan sumber onlinenya berupa alamat URL dan tanggal aksesnya. Alamat URL pada e-book cukup cantumkan alamat ‘inti’ saja, sedangkan pada halaman web cantumkan secara lengkap.
Bentuk sitasi Harvard dalam teks
Cukup banyak ketentuan yang harus diketahui ketika
menulis rujukan pustaka dalam teks. Namun berikut adalah poin-poin yang perlu
diperhatikan dengan seksama.
- Jika nama penulis memang dimunculkan dalam suatu kalimat, maka tahun terbit
ditaruh di dalam kurung. Jika nama penulis tidak dimunculkan dalam kalimat,
maka nama penulis dan tahun sama-sama berada dalam kurung.
- Jika penulis menerbitkan lebih dari satu karya atau tulisan dalam tahun yang sama, bedakan antara tulisan satu dengan lainnya dengan menggunakan huruf kecil (a, b, c, dst.) setelah tahun. Dalam daftar pustaka juga harus sama demikian.
- Jika kalimat yang dikutip ingin dirujuk ke banyak sumber, maka sitasinya dapat diurutkan sesuai kronologi tahunnya atau sesuai dengan kuat relevansinya.
- Jika ada 2 pemilik dari suatu karya, maka kedua nama tersebut ditulis. Jika lebih dari itu, gunakan et al. Jika tidak ada nama pengarang atau pemiliknya, gunakan “Anon.”
Jadi apakah sekarang kalian sudah bisa membedakan
sistem harvard dan vancouver?
Mari menyitasi,
Bosman
Referensi, Haruskah Jurnal Ilmiah?
15.55
No comments
Referensi,
Haruskah Jurnal Ilmiah?
Banyak teman-teman pelajar baik mahasiswa maupun siswa
SMA/SMP yang sudah pernah membaca karya tulis di bidang kedokteran memberikan
respon yang sangat mengejutkan saat mereka membaca bagian daftar pustaka.
Sebagian dari mereka (utamanya pelajar SMP/SMA) terkejut saat melihat jumlah
referensi yang digunakan sangat banyak (sekitar 30 atau lebih) dan terlihat
tidak familiar (karena sebagian berbahasa inggris dan penulisan tidak sesuai
EyD). Melihat situasi ini saya hanya bisa katakan bahwa seperti inilah artikel
ilmiah di bidang kesehatan/kedokteran dimana evidence-based merupakan
kode etik dari artikel tersebut.
|
Mungkin akan muncul pertanyaan “apa yang ditulis di daftar pustaka tadi?”
Perlu diketahui bahwa sebagian besar dari referensi yang ditulis dalam daftar
pustaka tadi merupakan artikel ilmiah yang diambil dari beberapa jurnal ilmiah.
Jurnal ilmiah? Mungkin kata ini masih belum fasih dikenal oleh masyarakat
karena di Indonesia baik cara mencari jurnal, membaca, dan menelaahnya baru
diperkenalkan saat jenjang kuliah. Jadi pada kesempatan ini saya akan
memperkenalkan apa itu artikel ilmiah (scientific article atau scientific
paper) dan jurnal ilmiah (scientific journal).
Tim dari Universitas Linneaus menggambarkan tentang definisi artikel ilmiah, “A scientific article
presents research results and is written by researchers and aimed at an
academic readership. The article must have been reviewed by experts within the
same subject area before publication.” Dari gambaran ini kita bisa katakan
bahwa sebuah artikel ilmiah merupakan sebuah presentasi tertulis dari sebuah
penelitian atau tinjauan kepustakaan (review) dan karena ditujukan untuk
kalangan akademisi maka butuh latihan untuk terbiasa membaca sebuah artikel
ilmiah. Sebagian besar artikel ilmiah yang sudah dipublikasi dalam sebuah
jurnal bisa menjadi refrensi yang baik karena sebelumnya telah di-review oleh
ahlinya.
Mereka pun membagi artikel ilmiah menjadi 3 jenis yakni original
article yakni artikel yang memperlihatkan hasil studi empiris dan untuk
pertama kalinya hasil penelitiannya di deskripsikan. Jenis kedua adalah review
article yakni sebuah telaah kritis dari studi yang sebelumnya telah
dipublikasi, dan yang terakhir theoritical articles yakni artikel yang
bertujuan untuk mencari teori baru dari penelitian saat ini. Dari pengertian
ini maka sebuah artikel ilmiah bisa berasal dari hasil telaah beberapa artikel
ilmiah sebelumnya.
Jurnal ilmiah merupakan kumpulan artikel ilmiah (sekilas mirip seperti
majalah) yang terbit secara periodik. Materi dari artikel ilmiah yang terdapat
pada jurnal ilmiah biasanya mengikuti topik yang diangkat dari jurnal tersebut,
misalnya Journal of Tropical Disease berisi artikel mengenai
penyakit-penyakit tropis, walaupun banyak juga jurnal yang mengangkat tema secara
umum. Perlu diketahui bahwa sebelum sebuah artikel di-publish dalam
sebuah jurnal, dilakukan review oleh seorang reviewer untuk menentukan artikel
ini layak dipublikasi atau tidak. Jadi kualitas sebuah jurnal sangatlah
ditentukan dari kualitas dari artikel yang dimuat serta kualitas reviewernya.
Hal ini menunjukkan bahwa pembaca atau penulis harus cermat memilih jurnal mana
yang bisa digunakan untuk referensinya nanti.
Mungkin akan muncul pertanyaan, kenapa referensinya harus artikel dari
jurnal ilmiah? apakah buku atau koran tidak boleh dipakai sebagai referensi
tulisan di bidang kedokteran? Segala hal bisa kita dijadikan referensi selama
hal tersebut kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan. Sebagian besar buku
memang bagus untuk dijadikan referensi tetapi dibandingkan jurnal ilmu dalam
sebuah buku cetakan biasanya kalah dalam hal update-nya (atau
kasarnya kadang ilmu dalam buku tidak diupdate secepat update sebuah jurnal).
Bahkan beberapa buku hanya dicetak ulang pada tahun berikutnya tanpa revisi
yang signifikan (update ilmu pada buku cetakan biasanya bisa hingga 3-5 tahun
sekali).
Selain itu, tim dari Departemen Biologi Universitas George-Manson menyatakan bahwa, “A well-written scientific
paper explains the scientist's motivation for doing an experiment, the
experimental design and execution, and the meaning of the results. Scientific
papers are written in a style that is exceedingly clear and concise. Their
purpose is to inform an audience of other scientists about an important issue
and to document the particular approach they used to investigate that issue.”
Pernyataan inilah yang menyebabkan kenapa artikel ilmiah menjadi referensi
wajib untuk membuat artikel ilmiah di bidang kedokteran menjadi berbobot.
So, dimana kita bisa mendapatkan jurnal/artikel ilmiah? Untuk saat ini
orang-orang sangat mudah untuk mengakses jurnal karena banyak artikel yang
dipublikasi lewat internet melalui e-journal. Banyak situs menarik baik dari
luar negeri seperti (highwire.org, pubmed.com, dan lainnya) dan dalam negeri (jurnal.lipi.go.id, e-journal.dikti.go.id, dan lainnya) yang menyediakan layanan
e-journal atau bila masih bingung cara termudah adalah cari lewat
search engine kesayangan anda. Perlu dicatat bahwa tidak semua artikel ini bisa
didapatkan secara cuma-cuma (baca: gratis).
Dari apa yang saya tulis diatas bisa disimpulkan bahwa artikel dan jurnal
ilmiah dalam hubungannya sebagai referensi tulisan ilmiah kedokteran sangatlah
penting. Sedikit mengutip dari B. Beason dalam artikelnya Writing Scientific Article bahwa, “The
use of good references throughout the paper gives the work credibility by
demonstrating an awareness of previous works.” Sehingga menjadi tugas
penulis untuk mencari referensi terbaik yang akan mendasari tulisan ilmiahnya.
Mari membaca jurnal
Arya
Poster Ilmiah: Apa dan Bagaimana?
15.54
No comments
Poster
Ilmiah: Apa dan Bagaimana?
“Publish or perish” [Nature 463, 142-143 (2010)doi:10.1038/463142a] adalah
sebuah frase yang sudah tidak asing lagi dalam publikasi ilmiah. Publikasi
ilmiah adalah hal yang penting dilakukan oleh seorang ilmuan atau klinisi
sebagai bentuk tanggung jawab dan komunikasi dengan ilmuan, klinisi lain, atau
publik mengenai apa yang telah mereka lakukan. Berbagai media publikasi telah
tersedia saat ini, salah satunya adalah melalui poster ilmiah.
Dalam kesempatan kali ini saya akan sedikit berbagi tentang apa itu poster
ilmiah. Poster ilmiah belumlah sepopuler poster iklan ataupun poster
penyuluhan. Sering mereka yang mengikuti lomba poster salah kaprah tentang
poster ilmiah (karena sekali lagi hal ini baru diperkenalkan di bangku kuliah).
Tentunya hal ini akan merugikan peserta sendiri baik secara materi maupun
waktu. Jadi bagi teman-teman yang ingin membuat poster ilmiah silahkan
sempatkan waktu kalian untuk membaca artikel ini.
Poster ilmiah seringkali digunakan sebagai media untuk menyampaikan hasil
penelitian dalam pertemuan dan konferensi ilmiah. Terkadang penyajian dalam
poster lebih baik dibandingkan dengan presentasi oral. Mengapa demikian? Karena
penyajian dalam bentuk poster lebih efisien; presentasi oral terkadang
membombardir audiens dengan banyak hal yang tentunya dapat menjadi membosankan.
Sedangkan poster, dapat dilihat kapan saja, ditempel dalam waktu yang cukup
lama sehingga dapat sering dibaca, dan dapat dilihat oleh orang-orang dengan
bidang penelitian yang berbeda. Oleh karena itu, poster ilmiah yang dibuat
harus dapat menarik perhatian atau menciptakan suatu interest terhadap
hasil penelitian kita. Poster ilmiah harus menyediakan suatu summary yang
ringkas dan menarik dari hasil penelitian kita, mudah dibaca, desain sederhana,
serta menggunakan gambar-gambar atau diagram yang tepat dan atraktif. Untuk
mendesain sebuah poster, diperlukan juga seni dari pembuat poster tersebut.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mendesain poster adalah pemilihan
warna background maupun tulisan, ukuran tulisan, lay
out poster. Software yang dapat membantu untuk mendesain sebuah poster
misalnya, Microsoft Power Point, Adobe Illustrator atau InDesign, Canvas,
Publish-it, Corel Draw, LaTeX, dan lain-lain. Bagian ini tidak akan dibahas
lebih jauh pada tulisan ini karena keterampilan dalam mendesain poster dapat
diperoleh dengan pengalaman mendesain poster.University of Delaware dalam
situs webnya (http://www.udel.edu/research/presenting/posters.html) menyediakan guideline singkat
mengenai bagaimana membuat poster ilmiah yang atraktif dari segi content dan
desain poster. Situs ini juga menyediakan beberapa link yang dapat membantu
dalam membuat poster ilmiah yang baik.
Hal penting lain yang disini perlu saya jelaskan dan harus dipahami dalam
membuat poster ilmiah atau poster penelitian adalah komponen-komponen dari
poster tersebut.
1.Komponen research poster menurut
Shelledy D.C. dalam jurnal Respiratory Care terdiri dari banner,
abstract, introduction, methods, results, discussion, conclusions.
2.Pada banner terdapat
judul, nama-nama penulis, dan institusi. Papan display untuk
poster penelitian biasanya berukuran 4x6 kaki (1 kaki = 12 inci =
30,48 cm). Banner seharusnya berukuran tinggi 10-12 inci dan
lebar 4 kaki, dengan margin 1 inci pada setiap sisinya. Pada sisi kiri atas
biasanya terdapat logo institusi. Tulisan pada banner juga
harus terlihat dalam jarak 20 kaki.
3.Bagian abstrak pada
poster penelitian harus dapat memberikan summary secara akurat
mengenai hipotesis atau pertanyaan penelitian (research question),
metode, data, dan konklusi yang dideskripsikan pada bagian-bagian poster
selanjutnya. Hal ini penting karena abstrak merupakan bagian kedua setelah
judul yang akan dibaca oleh publik dan akan menentukan apakah poster kita layak
untuk dibaca selanjutnya dan sesuai dengan minat mereka. Ukuran font umumnya
untuk abstract, introduction, methods, results,conclusions adalah
16-18 pt. Teks poster kita harus terlihat dalam jarak 3 minimal 3 kaki. Untuk
jenis font yang dipilih, Shelledy D.C. menyarankan font
Times, Times New Roman, Arial, atau Helvetica typeface.
Introduction pada
poster harus menjelaskan jawaban dari pertanyaan mengapa penelitan tersebut
dilakukan. Bagian ini mendefinisikan secara jelas topik dan menjelaskan apa
yang diteliti serta alasan dan arti penting dari peneltian tersebut.
Jadi, introduction juga harus memuat pertanyaan penelitian dan
hipotesis yang sedang diuji. Untuk isinya dapat digunakan teks atau atau bullet
points, tergantung dari pilihan personal dan metode mana yang dapat membuat
informasi menjadi lebih jelas dan lebih mudah dipahami.
Bagian metode pada poster penelitan harus menjelaskan apa yang dilakukan
dalam penelitian. Pada metode harus disertakan detail yang cukup dan jelas agar
orang lain dapat memutuskan apakah desain penelitian yang anda pilih cukup
untuk menjawab pertanyaan penelitian dan menguji hipotesis yang anda ajukan.
Dengan kata lain, bagian ini dapat menunjukkan validitas dari studi kita.
Statistik dan teknik analisis data yang digunakan juga harus dijelaskan, begitu
pula nilai p yang dipilih untuk menentukan perbedaan nilai yang signifikan
secara statistik. Bagian metode seharusnya memuat populasi dan subjek studi;
teknik sampling; ada tidaknya randomisasi atau teknik lain dalam
menetapkan kelompok studi; intervensi, prosedur, dan/atau protokol studi; ada
tidaknya blinding baik subjek maupun peneliti, alat-alat yang
digunakan, sertaoutcome yang dinilai.
Hasil penelitian memuat apa yang kita temukan pada penelitian kita. Bagian
ini harus mencantumkan analisis data dan gambar atau tabel untuk menunjukkan
data kita. Gambar atau tabel digunakan untuk mengklarifikasi dan menggambarkan
hasil studi kita dan harus jelas, self explanatory, dan sederhana.
Gambar harus menyediakan legenda agar dapat dipahami.
Bagian diskusi memuat tentang apa yang kita pikirkan mengenai hasil yang
kita peroleh. Bagian ini juga dapat disertai dengan bukti-bukti pendukung atau
bukti-bukti yang berlawanan dengan hasil penelitian kita yang harus dijelaskan.
Kelebihan dan kelemahan studi juga dideskripsikan pada bagian ini.
Simpulan penelitan harus secara langsung berhubungan dengan pertanyaan
penelitian dan hipotesis yang kita ajukan dan didukung secara konsisten dengan
hasil penelitian yang kita peroleh.
Berikut adalah contoh lay out sederhana poster penelitian
berdasarkan penjelasan Shelledy D.C.
Terkadang terdapat suatu sesi dimana poster ilmiah ini harus
dipresentasikan dalam suatu pertemuan atau konferensi ilmiah. Suatu jurnal yang
dipublikasikan oleh Erren TC dan Bourne PE (PLoS
Comput Biol 3(5): e102. doi:10.1371/journal.pcbi.0030102) yang juga
dimuat pada situs web University of Virginia, Deparment of
Chemistry (http://chem.virginia.edu/graduate-studies/test-links-pg/how-to-make-a-scientific-poster/) mendeskripsikan 10 aturan sederhana untuk melakukan
presentasi poster ilmiah yang baik.
Jadi
sudah mengerti tentang poster ilmiah? Tunggu apa lagi gabung di berbagai event
lomba poster ilmiah yang ada saat ini dan tunjukkan kreatifitas kalian
Mari berkarya,
Surya
Mengenal Sitasi I: Vancouver Style
15.49
10 comments
Mengenal Sitasi I: Vancouver Style
Sebagai awal saya ingin memaparkan bahwa daftar
pustaka merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sebuah karya tulis ilmiah.
Ini berarti mau tidak mau atau suka tidak suka, dalam menulis sebuah karya
seorang penulis diwajibkan juga untuk menulis daftar pustaka atau sitasi yang
digunakannya. Dalam berbagai kompetisi karya tulis ilmiah pun melampirkan
daftar pustaka merupakan sebuah keharusan, bahkan memenuhi 5% – 10% total
penilaian. Namun sayangnya kesempatan untuk mendapatkan nilai penuh di 5% – 10%
ini belum bisa dimanfaatkan dengan baik karena penulisannya yang tidak sesuai
dengan ketentuan yang berlaku. Tidak dapat dipungkiri memang, beberapa
institusi memiliki ketentuannya sendiri dalam menulis sebuah rujukan.
Setidaknya ada dua sistem yang diterima secara internasional dan umum digunakan
dalam bidang kedokteran yaitu sistem Harvard dan sistem Vancouver.
Mungkin bagi yang masih awam dengan istilah sitasi (rujukan) dengan gaya vancouver atau harvard karena memang metode ini baru diperkenalkan dibangku perkuliahan. Orang-orang seringkali membedakan harvard dan vancouver hanya pada aplikasinya di halaman isi,
Mungkin bagi yang masih awam dengan istilah sitasi (rujukan) dengan gaya vancouver atau harvard karena memang metode ini baru diperkenalkan dibangku perkuliahan. Orang-orang seringkali membedakan harvard dan vancouver hanya pada aplikasinya di halaman isi,
- Sistem harvard: metode pengobatan penyakit ini
saat ini lebih kepada penggunaan antibiotika (Robert & Black, 2007)
- Sistem vancouver: metode pengobatan penyakit ini
sebaiknya menggunakan kombinasi bedah dan medikamentosa1-3
Tetapi lebih dari itu ada perbedaan yang mendasar pula pada penulisannya di
daftar pustaka (dan hal ini yang jarang diperhatikan oleh kebanyakan penulis)
Saat ini saya memperkenalkan sistem sitasi dengan
gaya vancouver (harvard baru dibahas pada artikel berikutnya). Sistem Vancouver
merupakan sistem yang sering digunakan dalam berbagai jurnal ilmiah atau
publikasi akademik. Sistem ini umumnya disebut author-number system karena
sistemnya yang merujuk dengan menggunakan angka. Nama Vancouver diambil karena
sistem ini merupakan hasil dari pertemuan yang dilaksanakan di Vancouver,
British Columbia, Canada pada tahun 1979 yang merupakan cikal bakal berdirinya
ICMJE (International Comitee of Medical Journal Editors). Dibandingkan harvard,
vancouver lebih populer digunakan di jurnal kedokteran karena tidak terlalu
banyak memakan tempat (karena hanya perlu menuliskan angka tanpa nama dan
tahun) sehingga mengurangi jumlah halaman. Selain itu, vancouver juga
memungkinkan penggunanya merujuk lebih dari satu sumber untuk sebuah pernyataan
(kalimat) tanpa perlu merusak estetika penulisan.
Berikut ini akan saya jabarkan bagaimana konsep dasar menuliskan daftar pustaka dengan sistem Vancouver ketika menyitasi sebuah jurnal, buku, dan aplikasinya.
Berikut ini akan saya jabarkan bagaimana konsep dasar menuliskan daftar pustaka dengan sistem Vancouver ketika menyitasi sebuah jurnal, buku, dan aplikasinya.
Menyitasi Sebuah Jurnal
Secara umum sitasi jurnal dengan sistem Vancouver
adalah sebagai berikut:
Banyak ketentuan yang digunakan dengan menggunakan sistem ini. Berikut
adalah ketentuan yang cukup penting untuk diperhatikan:
Nama Pengarang (Authors)
- Urutkan nama pengarang sesuai dengan yang tertera dalam jurnal.
- Taruhlah nama terakhir (last name) atau nama keluarga (family) pengarang dibagian depan untuk setiap pengarang.
- Ubah nama depan dan nama tengah yang tertera ke dalam inisial, maksimal dua inisial sesuai urutan nama depan dan tengah.
- Gunakan koma dan spasi untuk membedakan nama pengarang yang satu dengan lainnya.
- Akhiri informasi nama pengarang dengan menggunakan titik.
- Jika halaman merupakan suatu pertimbangan dan jumlah pengarang cukup banyak, maka dapat menggunakan 3 pengarang pertama atau 6 pengarang pertama. Nama pengarang terakhir diikuti dengan koma dan spasi kemudian berikan “et al.” atau “and others.”
- Hilangkan jabatan, pangkat, titel, atau tanda kehormatan lainnya yang mengikuti nama pengarang
- Jika organisasi adalah pemilik dari artikel atau jurnal, maka ikuti
ketentuan berikut
Hilangkan “the” dalam menggunakan nama organisasi - Jika dalam publikasi disertakan divisi organisasi yang bersangkutan, masukkan divisi tersebut setelah nama organisasi dan dipisahkan dengan koma. Jika ada lebih dari 2 divisi pisahkan dengan titik koma
- Jika nama pengarang atau pemilik tidak ditemukan, maka ketentuan yang berlaku adalah sebagai berikut
- Jika ditemukan nama editor atau translator, mulailah sitasi dengan nama editor atau translator, kemudian akhiri dengan koma dan berikan informasi tentang peranan orang tersebut.
- Jika tidak ditemukan baik nama pengarang, pemilik, editor, ataupun translator, mulailah dengan judul dari artikel tersebut. Jangan menggunakan anonymous.
Judul Tulisan / Artikel
- Masukan judul artikel sesuai dengan yang tertera dalam jurnal/publikasi.
- Kapitalkan hanya huruf pertama dari kata pertama dalam judul. Huruf kapital juga digunakan dalam akronim, dan inisial.
- Gunakan titik dua diikuti dengan spasi untuk memisahkan judul dengan subjudul.
- Akhiri judul artikel dengan titik walaupun ada tanda tanya atau tanda seru dalam judul artikel tersebut.
- Jangan memasukkan header dalam sebuah jurnal (“case report study”, “case control study”) sebagai judul tulisan, kecuali daftar isi menyebutkan bahwa header tersebut termasuk dalam judul tulisan.
Nama Jurnal
- Masukan nama jurnal sesuai dengan bahasa aslinya.
- Gunakan abreviasi nama jurnal yang telah disepakati secara internasional.
- Gunakan huruf capital dalam mengawali setiap huruf dalam nama jurnal termasuk abreviasinya.
- Ada beberapa ketentuan dalam menetapkan abreviasi suatu jurnal.
- Gunakan abreviasi yang sesuai untuk bahasa Inggris pada umumnya (bisa dilihat di ) dan kapitalkan huruf pertamanya. Hilangkan kata “articles”, kata hubung, dan preposisi. Contoh: “of”, “the”, “at”, dan sebagainya
- Bisa melihat daftar susunan yang ditetapkan oleh beberapa publikasi seperti MedLine, PubMed, dan sebagainya.
- Akhiri nama jurnal dengan menggunakan titik dan spasi.
Tanggal Publikasi
- Tanggal publikasi diurut mulai dari tahun, bulan dan hari publikasi.
- Bulan disingkat berdasarkan tiga huruf pertama.
- Akhiri informasi tanggal publikasi dengan titik dua.
- Terkadang beberapa jurnal memberikan suplemen (supplement), bagian (parts), atau edisi/nomor khusus (special number). Ini semua diletakkan setelah tanggal. Gunakan abreviasi berikut : Suppl, Pt, Spec No
- Gunakan hanya nomor arab saja.
- Terkadang suplemen diberikan nama daripada diberikan nomor. Jika demikian, gunakan singkatan yang telah disepakati secara internasional.
- Akhiri suplemen, bagian, atau nomor khusus dengan titik dua.
Nomor Volume dan Nomor Isu
- Hindari penggunaan kata “volume” atau “vol”. Nomor saja sudah cukup untuk menunjukan volume jurnal tersebut.
- Gunakan angka arab untuk nomor volume dan nomor isu. Pisahkan multipel volume dengan garis strip (-), misal 5-6, 10-11. Untuk nomor isu diletakkan di dalam kurung.
- Jika tidak ditemukan nomor volume jurnal, berikan titik koma setelah tanggal publikasi diikuti oleh nomor isu (yang diletakkan dalam kurung).
- Hindari penggunaan “number”, “num”, “no” atau kata-kata lainnya yang ingin menunjukkan nomor isu.
- Akhiri nomor isu dengan titik dua.
Lokasi dan Halaman
- Jangan mengulang nomor halaman kecuali diikuti oleh huruf.
- Akhiri lokasi atau halaman dengan menggunakan titik.
- Jika halaman tidak berurutan, gunakan tanda koma dan spasi untuk memisahkan antara halaman satu dengan lainnya.
- Jika dalam satu jurnal tidak disertakan halaman, maka tulis jumlah halaman yang dikutip. Misalkan mengutip 5 halaman maka tulislah [5 p.]. Letakkan dalam kurung kotak.
Menyitasi Sebuah Buku
Secara umum bentuk sitasi sebuah
buku adalah sebagai berikut
Ketentuan sitasi sebuah buku dengan sistem
Vancouver hampir mirip dengan ketentuan sitasi sebuah jurnal. Berikut hanya
dijelaskan perbedaannya, sedangkan yang tidak dibahas pada bagian ini semuanya
persis sama seperti saat mensitasi jurnal.
Edisi Buku
Bagian ini penting untuk dicantumkan, sehingga
pembaca tahu edisi berapa yang digunakan oleh penulis (karena setiap edisi
pasti ada beberapa perubahan di dalamnya!). Berikut ini adalah ketentuan dalam
mencantumkan edisi buku.
- Edisi buku diletakkan setelah judul buku.
- Gunakan abreviasi untuk kata-kata yang umum digunakan. Misalkan ed. (edition), spec. (special), transl. (translation).
- Kapitalkan hanya huruf pertama dalam pernyataan edisi.
- Gunakan angka arab. Sebagai contoh second menjadi 2nd dan III menjadi 3rd.
- Akhiri edisi dengan titik.
- Jika buku tidak mencantumkan nomor edisinya, anggap saja buku itu merupakan edisi pertama.
Editor dan Penulis/Pemilik Kedua (Secondary
Author) Dari Keseluruhan Buku
Yang dimaksud dengan secondary author adalah
mereka yang memodifikasi pekerjaan dari pemilik utama. Sebagai contoh editor,
translator, dan ilustrator. Berikut adalah ketentuan ketika mensitasi sebuah
buku yang memiliki secondary author.
- Letakkan nama dari secondary author setelah pernyataan edisi buku.
- Untuk nama, ikuti format yang umum dalam sistem Vancouver (lihat penamaan saat mensitasi jurnal)
- Berikan tanda koma di akhir nama editor diikuti kata ‘editor’, diakhir nama ilustrator dengan koma diikuti kata ‘ilustrator’, dan lain sebagainya.
- Akhiri informasi secondary author dengan titik.
- Jika tidak ada pemilik utama dari buku tersebut, pindahkan secondary author menjadi pemilik utama.
Penerbit Untuk Keseluruhan Buku
Berikut adalah ketentuan untuk mencantumkan
penerbit.
- Cantumkan penerbit sesuai yang tertera dalam publikasinya. Gunakan kapitalisasi huruf sesuai dengan yang tertera dalam buku.
- Abreviasikan penerbit yang telah diketahui oleh umum jika diperlukan, tetapi tetap harus dipertimbangkan ketika menyingkat nama penerbit untuk menghindari kebingungan pembaca.
- Apabila divisi dari penerbit tersebut dicantumkan dalam buku, maka nama penerbit ditaruh di awal kemudian diikuti oleh nama divisi tersebut.
- Jika ditemukan lebih dari satu penerbit, pilihlah penerbit yang ada diurutan paling atas atau satu penerbit yang dicetak dengan huruf besar atau ditebalkan.
- Jika tidak ditemukan nama penerbit, maka tulislah “publisher unknown” dalam kolom kotak. Akhiri informasi penerbit dengan titik koma.
Lokasi / Halaman
Untuk mencantumkan lokasi halaman dalam sebuah buku
sedikit berbeda dengan cara mencantumkan halaman dalam sebuah jurnal.
- Jangan menghitung bagian berikut sebagai halaman: introductory material, lampiran, indeks, walaupun dalam sebuah buku bagian ini diberikan halaman.
- Berikan nomor halaman dihalaman teks tersebut dikutip diikuti huruf p.
- Untuk buku yang terdiri lebih dari satu volume, kutip total nomor dari keseluruhan volume termasuk volume dari halaman yang dikutip.
- Jika dalam buku tidak terdapat halaman, maka hitung jumlah halaman yang anda kutip, kemudian tambahkan ”leaves”.
· Akhiri
informasi lokasi/halaman dengan titik.
Bagaimana Cara Merujuk Kepustakaan di Dalam Karya?
Setelah kita mengetahui bagaimana cara menulis
daftar pustaka ala Vancouver dengan benar, sekarang akan dibahas bagaimana
menuliskan rujukan dalam paragraf suatu karya. Berikut adalah beberapa
ketentuan dan penjelasan dalam menulis rujukan dalam sebuah kalimat/paragraf.
- Sistem Vancouver menggunakan sistem penomoran untuk menyatakan sumber yang digunakan dalam tulisan. Apresiasi penulis terhadap penulis karya yang dikutipnya diwujudkan dalam nomor ini.
- Nomor ini bersifat statis, artinya nomor yang digunakan di dalam paragraf manapun selalu sama ketika mengutip dari sumber yang sama.
- Nomor ini ditulis disebelah kanan koma atau titik, dan disebelah kiri titik dua atau titik koma. Angka rujukan tersebut dapat ditulis superscript atau dalam kurung.
Selamat Menyitasi,
Bosman
Langganan:
Postingan (Atom)