SCIENTIFIC ATMOSPHERE 7, Feel The Atmosphere ! (20-23 Februari 2014)

Resmi dirilis Scientific Atmosphere 7 KIH FK UNUD dengan tema "Fight Againts Non Communicable Disease (NCD): Reduce Further Progression of Global Burden of Disease".

Seminar Nasional Diabetes Melitus Tipe 2

Seminar Nasional dengan tema 'Live a better life through the essensial management of type 2 diabetes mellitus' disertai SKP IDI dan Nasional hanya di Scientific Atmosphere 7 !

Nikmati Atmosfer City Tour di Bali !

Ayo rasakan keindahan pulau Bali dengan menjadi salah satu finalis kompetisi lomba (LKTM, Esai Ilmiah Populer, Poster Ilmiah dan Video Edukasi)dan peserta Seminar Nasional.

Selamat datang di Kampus Sudirman Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Telusuri lebih dalam Kampus FK Udayana dengan seluruh fasilitasnya !

Rangkaian Scientific Atmosphere 7

Dengan meningkatkan eksistensi sebagai lomba karya tulis ilmiah mahasiswa, tahun ini Scientific Atmosphere mengadakan Lomba Karya Tulis Mahasiswa (LKTM), Esai Ilmiah Populer, Poster Ilmiah dan Video Edukasi. Dilengkapi dengan Seminar Nasional dan City Tour.

Selasa, 29 Oktober 2013

Mengenal Sitasi II: Harvard Style

Mengenal Sitasi II: Harvard Style

Beberapa waktu yang lalu kita sudah membicarakan tentang apa dan bagaimana itu sistem vancouver dan saat ini saya akan sedikit menjelaskan apa yang dimaksud dengan sistem harvard. Sistem Harvard merupakan sistem yang berdasarkan penulis-tanggal (author date style), dimana kutipan dengan sistem ini terlihat sangat khas dalam teks berupa “(Arya, 2012)”. Dalam bidang ilmu sosial, sistem ini kelihatan lebih populer daripada sistem Vancuver.

Menulis Daftar Pustaka
Daftar pustaka dalam sistem Harvard disusun berdasarkan urutan abjad dari nama pengarang yang telah di balik. Dalam bagian ini, penulisan sistem Harvard akan langsung dijelaskan berdasarkan tipe atau jenis media yang akan dikutip. Bagian penjelasan lebih lanjut dapat dilihat dibawahnya.

Mereferensikan Buku


Dari model diatas dapat kita lihat beberapa ketentuan berikut:
Pengarang/pemilik
  1. Nama pengarang dibalik, nama belakang/terakhir/famili ditaruh di depan, sedangkan nama sisanya dijadikan dalam bentuk inisial maksimal 2 abjad.
  2. Antara nama dan inisial dipisahkan oleh koma dan spasi.
  3. Setiap inisial diakhiri sebuah titik (Kharisma, P.R., Juanda, A.B.). Ini sedikit berbeda dengan sistem Vancouver dimana inisial tidak diakhiri dengan titik.
  4. Gunakan koma untuk mengakhiri informasi pengarang atau pemilik.

Judul buku
  1. Gunakan huruf kapital pada awal judul buku saja. Selebihnya ketentuan penulisan judul buku mirip dengan sistem Vancouver.
  2. Sedikit berbeda dengan penulisan Vancouver, judul buku pada sistem Harvard harus menggunakan italic atau huruf yang dimiringkan.
  3. Akhiri judul buku dengan menggunakan titik.
  4. Sistem edisi mirip dengan sistem Vancouver.

Tempat terbit dan penerbit
Penulisan ini kurang lebih sama dengan sistem Vancouver

Mereferensikan sebuah kontribusi yang terdapat dalam buku
Terkadang buku merupakan suatu bentuk kumpulan dari banyak tulisan atau kontribusi dari masing-masing penulis yang berbeda. Biasanya buku ini diedit oleh seorang editor, yang dengan demikian keduanya harus dicantumkan.


Mereferensikan entri sebuah ensiklopedia atau kamus
Terkadang kita juga menggunakan ensiklopedia dan kamus untuk menentukan arti atau makna suatu kata. Jika menggunakannya dalam membuat tulisan, ketentuan merujuk entri ensiklopedia atau kamus adalah:

Penerbit/nama pemilik, tahun terbit. Judul entri atau kontribusi. In: Judul ensiklopedia atau kamus. Edisi (jika bukan yang pertama). Tipe media (jika bukan versi cetak). Tempat terbit: Penerbit.


Mereferensikan artikel dalam sebuah jurnal

Mereferensikan sebuah electronic book (e-book) dan halaman web


Dalam mereferensikan sebuah e-book, ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu:
  1. Jika kita tahu, yakin, atau ada pemberitahuan bahwa buku versi elektronik dan versi cetak adalah sama, maka kita dapat membuat sitasi Harvard berdasarkan versi cetaknya.
  2. Namun apabila kita ragu atau untuk menghindari ketidaktahuan bahwa versi cetak berbeda dengan versi elektronik, cantumkan sumber onlinenya berupa alamat URL dan tanggal aksesnya. Alamat URL pada e-book cukup cantumkan alamat ‘inti’ saja, sedangkan pada halaman web cantumkan secara lengkap.

Bentuk sitasi Harvard dalam teks
Cukup banyak ketentuan yang harus diketahui ketika menulis rujukan pustaka dalam teks. Namun berikut adalah poin-poin yang perlu diperhatikan dengan seksama.

  1. Jika nama penulis memang dimunculkan dalam suatu kalimat, maka tahun terbit ditaruh di dalam kurung. Jika nama penulis tidak dimunculkan dalam kalimat, maka nama penulis dan tahun sama-sama berada dalam kurung.
  2. Jika penulis menerbitkan lebih dari satu karya atau tulisan dalam tahun yang sama, bedakan antara tulisan satu dengan lainnya dengan menggunakan huruf kecil (a, b, c, dst.) setelah tahun. Dalam daftar pustaka juga harus sama demikian.
  3. Jika kalimat yang dikutip ingin dirujuk ke banyak sumber, maka sitasinya dapat diurutkan sesuai kronologi tahunnya atau sesuai dengan kuat relevansinya.
  4. Jika ada 2 pemilik dari suatu karya, maka kedua nama tersebut ditulis. Jika lebih dari itu, gunakan et al. Jika tidak ada nama pengarang atau pemiliknya, gunakan “Anon.”


Jadi apakah sekarang kalian sudah bisa membedakan sistem harvard dan vancouver? 

Mari menyitasi,
Bosman

Referensi, Haruskah Jurnal Ilmiah?


Referensi, Haruskah Jurnal Ilmiah?

Banyak teman-teman pelajar baik mahasiswa maupun siswa SMA/SMP yang sudah pernah membaca karya tulis di bidang kedokteran memberikan respon yang sangat mengejutkan saat mereka membaca bagian daftar pustaka. Sebagian dari mereka (utamanya pelajar SMP/SMA) terkejut saat melihat jumlah referensi yang digunakan sangat banyak (sekitar 30 atau lebih) dan terlihat tidak familiar (karena sebagian berbahasa inggris dan penulisan tidak sesuai EyD). Melihat situasi ini saya hanya bisa katakan bahwa seperti inilah artikel ilmiah di bidang kesehatan/kedokteran dimana evidence-based merupakan kode etik dari artikel tersebut.


Mungkin akan muncul pertanyaan “apa yang ditulis di daftar pustaka tadi?” Perlu diketahui bahwa sebagian besar dari referensi yang ditulis dalam daftar pustaka tadi merupakan artikel ilmiah yang diambil dari beberapa jurnal ilmiah. Jurnal ilmiah? Mungkin kata ini masih belum fasih dikenal oleh masyarakat karena di Indonesia baik cara mencari jurnal, membaca, dan menelaahnya baru diperkenalkan saat jenjang kuliah. Jadi pada kesempatan ini saya akan memperkenalkan apa itu artikel ilmiah (scientific article atau scientific paper) dan jurnal ilmiah (scientific journal).

Tim dari Universitas Linneaus menggambarkan tentang definisi artikel ilmiah, “A scientific article presents research results and is written by researchers and aimed at an academic readership. The article must have been reviewed by experts within the same subject area before publication.” Dari gambaran ini kita bisa katakan bahwa sebuah artikel ilmiah merupakan sebuah presentasi tertulis dari sebuah penelitian atau tinjauan kepustakaan (review) dan karena ditujukan untuk kalangan akademisi maka butuh latihan untuk terbiasa membaca sebuah artikel ilmiah. Sebagian besar artikel ilmiah yang sudah dipublikasi dalam sebuah jurnal bisa menjadi refrensi yang baik karena sebelumnya telah di-review oleh ahlinya.  

Mereka pun membagi artikel ilmiah menjadi 3 jenis yakni original article yakni artikel yang memperlihatkan hasil studi empiris dan untuk pertama kalinya hasil penelitiannya di deskripsikan. Jenis kedua adalah review article yakni sebuah telaah kritis dari studi yang sebelumnya telah dipublikasi, dan  yang terakhir theoritical articles yakni artikel yang bertujuan untuk mencari teori baru dari penelitian saat ini. Dari pengertian ini maka sebuah artikel ilmiah bisa berasal dari hasil telaah beberapa artikel ilmiah sebelumnya.

Jurnal ilmiah merupakan kumpulan artikel ilmiah (sekilas mirip seperti majalah) yang terbit secara periodik. Materi dari artikel ilmiah yang terdapat pada jurnal ilmiah biasanya mengikuti topik yang diangkat dari jurnal tersebut, misalnya Journal of Tropical Disease berisi artikel mengenai penyakit-penyakit tropis, walaupun banyak juga jurnal yang mengangkat tema secara umum. Perlu diketahui bahwa sebelum sebuah artikel di-publish  dalam sebuah jurnal, dilakukan review oleh seorang reviewer untuk menentukan artikel ini layak dipublikasi atau tidak. Jadi kualitas sebuah jurnal sangatlah ditentukan dari kualitas dari artikel yang dimuat serta kualitas reviewernya. Hal ini menunjukkan bahwa pembaca atau penulis harus cermat memilih jurnal mana yang bisa digunakan untuk referensinya nanti.

Mungkin akan muncul pertanyaan, kenapa referensinya harus artikel dari jurnal ilmiah? apakah buku atau koran tidak boleh dipakai sebagai referensi tulisan di bidang kedokteran? Segala hal bisa kita dijadikan referensi selama hal tersebut kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan. Sebagian besar buku memang bagus untuk dijadikan referensi tetapi dibandingkan jurnal ilmu dalam sebuah buku cetakan biasanya kalah dalam hal update-nya (atau kasarnya kadang ilmu dalam buku tidak diupdate secepat update sebuah jurnal). Bahkan beberapa buku hanya dicetak ulang pada tahun berikutnya tanpa revisi yang signifikan (update ilmu pada buku cetakan biasanya bisa hingga 3-5 tahun sekali).

Selain itu, tim dari Departemen Biologi Universitas George-Manson menyatakan bahwa, “A well-written scientific paper explains the scientist's motivation for doing an experiment, the experimental design and execution, and the meaning of the results. Scientific papers are written in a style that is exceedingly clear and concise. Their purpose is to inform an audience of other scientists about an important issue and to document the particular approach they used to investigate that issue.” Pernyataan inilah yang menyebabkan kenapa artikel ilmiah menjadi referensi wajib untuk membuat artikel  ilmiah di bidang kedokteran menjadi berbobot.

So, dimana kita bisa mendapatkan jurnal/artikel ilmiah? Untuk saat ini orang-orang sangat mudah untuk mengakses jurnal karena banyak artikel yang dipublikasi lewat internet melalui e-journal. Banyak situs menarik baik dari luar negeri seperti (highwire.orgpubmed.com, dan lainnya) dan dalam negeri (jurnal.lipi.go.ide-journal.dikti.go.id, dan lainnya) yang menyediakan layanan e-journal  atau bila masih bingung cara termudah adalah cari lewat search engine kesayangan anda. Perlu dicatat bahwa tidak semua artikel ini bisa didapatkan secara cuma-cuma (baca: gratis).

Dari apa yang saya tulis diatas bisa disimpulkan bahwa artikel dan jurnal ilmiah dalam hubungannya sebagai referensi tulisan ilmiah kedokteran sangatlah penting. Sedikit mengutip dari B. Beason dalam artikelnya Writing Scientific Article bahwa, “The use of good references throughout the paper gives the work credibility by demonstrating an awareness of previous works.” Sehingga menjadi tugas penulis untuk mencari referensi terbaik yang akan mendasari tulisan ilmiahnya.

Mari membaca jurnal
Arya

Poster Ilmiah: Apa dan Bagaimana?


Poster Ilmiah: Apa dan Bagaimana?



Publish or perish” [Nature 463, 142-143 (2010)doi:10.1038/463142a] adalah sebuah frase yang sudah tidak asing lagi dalam publikasi ilmiah. Publikasi ilmiah adalah hal yang penting dilakukan oleh seorang ilmuan atau klinisi sebagai bentuk tanggung jawab dan komunikasi dengan ilmuan, klinisi lain, atau publik mengenai apa yang telah mereka lakukan. Berbagai media publikasi telah tersedia saat ini, salah satunya adalah melalui poster ilmiah.

Dalam kesempatan kali ini saya akan sedikit berbagi tentang apa itu poster ilmiah. Poster ilmiah belumlah sepopuler poster iklan ataupun poster penyuluhan. Sering mereka yang mengikuti lomba poster salah kaprah tentang poster ilmiah (karena sekali lagi hal ini baru diperkenalkan di bangku kuliah). Tentunya hal ini akan merugikan peserta sendiri baik secara materi maupun waktu. Jadi bagi teman-teman yang ingin membuat poster ilmiah silahkan sempatkan waktu kalian untuk membaca artikel ini.

Poster ilmiah seringkali digunakan sebagai media untuk menyampaikan hasil penelitian dalam pertemuan dan konferensi ilmiah. Terkadang penyajian dalam poster lebih baik dibandingkan dengan presentasi oral. Mengapa demikian? Karena penyajian dalam bentuk poster lebih efisien; presentasi oral terkadang membombardir audiens dengan banyak hal yang tentunya dapat menjadi membosankan. Sedangkan poster, dapat dilihat kapan saja, ditempel dalam waktu yang cukup lama sehingga dapat sering dibaca, dan dapat dilihat oleh orang-orang dengan bidang penelitian yang berbeda. Oleh karena itu, poster ilmiah yang dibuat harus dapat menarik perhatian atau menciptakan suatu interest terhadap hasil penelitian kita. Poster ilmiah harus menyediakan suatu summary yang ringkas dan menarik dari hasil penelitian kita, mudah dibaca, desain sederhana, serta menggunakan gambar-gambar atau diagram yang tepat dan atraktif. Untuk mendesain sebuah poster, diperlukan juga seni dari pembuat poster tersebut. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mendesain poster adalah pemilihan warna background maupun tulisan, ukuran tulisan, lay out poster. Software yang dapat membantu untuk mendesain sebuah poster misalnya, Microsoft Power Point, Adobe Illustrator atau InDesign, Canvas, Publish-it, Corel Draw, LaTeX, dan lain-lain. Bagian ini tidak akan dibahas lebih jauh pada tulisan ini karena keterampilan dalam mendesain poster dapat diperoleh dengan pengalaman mendesain poster.University of Delaware dalam situs webnya (http://www.udel.edu/research/presenting/posters.html) menyediakan guideline singkat mengenai bagaimana membuat poster ilmiah yang atraktif dari segi content dan desain poster. Situs ini juga menyediakan beberapa link yang dapat membantu dalam membuat poster ilmiah yang baik.

Hal penting lain yang disini perlu saya jelaskan dan harus dipahami dalam membuat poster ilmiah atau poster penelitian adalah komponen-komponen dari poster tersebut.
1.Komponen research poster menurut Shelledy D.C. dalam jurnal Respiratory Care terdiri dari banner, abstract, introduction, methods, results, discussion, conclusions.
2.Pada banner terdapat judul, nama-nama penulis, dan institusi. Papan display untuk poster penelitian biasanya  berukuran 4x6 kaki (1 kaki = 12 inci = 30,48 cm). Banner seharusnya berukuran tinggi 10-12 inci dan lebar 4 kaki, dengan margin 1 inci pada setiap sisinya. Pada sisi kiri atas biasanya terdapat logo institusi. Tulisan pada banner juga harus terlihat dalam jarak 20 kaki.
3.Bagian abstrak pada poster penelitian harus dapat memberikan summary secara akurat mengenai hipotesis atau pertanyaan penelitian (research question), metode, data, dan konklusi yang dideskripsikan pada bagian-bagian poster selanjutnya. Hal ini penting karena abstrak merupakan bagian kedua setelah judul yang akan dibaca oleh publik dan akan menentukan apakah poster kita layak untuk dibaca selanjutnya dan sesuai dengan minat mereka. Ukuran font umumnya untuk abstractintroductionmethodsresults,conclusions adalah 16-18 pt. Teks poster kita harus terlihat dalam jarak 3 minimal 3 kaki. Untuk jenis font yang dipilih, Shelledy D.C. menyarankan font Times, Times New Roman, Arial, atau Helvetica typeface.

Introduction pada poster harus menjelaskan jawaban dari pertanyaan mengapa penelitan tersebut dilakukan. Bagian ini mendefinisikan secara jelas topik dan menjelaskan apa yang diteliti serta alasan dan arti penting dari peneltian tersebut. Jadi, introduction juga harus memuat pertanyaan penelitian dan hipotesis yang sedang diuji. Untuk isinya dapat digunakan teks atau atau bullet points, tergantung dari pilihan personal dan metode mana yang dapat membuat informasi menjadi lebih jelas dan lebih mudah dipahami.

Bagian metode pada poster penelitan harus menjelaskan apa yang dilakukan dalam penelitian. Pada metode harus disertakan detail yang cukup dan jelas agar orang lain dapat memutuskan apakah desain penelitian yang anda pilih cukup untuk menjawab pertanyaan penelitian dan menguji hipotesis yang anda ajukan. Dengan kata lain, bagian ini dapat menunjukkan validitas dari studi kita. Statistik dan teknik analisis data yang digunakan juga harus dijelaskan, begitu pula nilai p yang dipilih untuk menentukan perbedaan nilai yang signifikan secara statistik. Bagian metode seharusnya memuat populasi dan subjek studi; teknik sampling; ada tidaknya randomisasi atau teknik lain dalam menetapkan kelompok studi; intervensi, prosedur, dan/atau protokol studi; ada tidaknya blinding baik subjek maupun peneliti, alat-alat yang digunakan, sertaoutcome yang dinilai.

Hasil penelitian memuat apa yang kita temukan pada penelitian kita. Bagian ini harus mencantumkan analisis data dan gambar atau tabel untuk menunjukkan data kita. Gambar atau tabel digunakan untuk mengklarifikasi dan menggambarkan hasil studi kita dan harus jelas, self explanatory, dan sederhana. Gambar harus menyediakan legenda agar dapat dipahami.

Bagian diskusi memuat tentang apa yang kita pikirkan mengenai hasil yang kita peroleh. Bagian ini juga dapat disertai dengan bukti-bukti pendukung atau bukti-bukti yang berlawanan dengan hasil penelitian kita yang harus dijelaskan. Kelebihan dan kelemahan studi juga dideskripsikan pada bagian ini.

Simpulan penelitan harus secara langsung berhubungan dengan pertanyaan penelitian dan hipotesis yang kita ajukan dan didukung secara konsisten dengan hasil penelitian yang kita peroleh.

Berikut adalah contoh lay out sederhana poster penelitian berdasarkan penjelasan Shelledy D.C.

Terkadang terdapat suatu sesi dimana poster ilmiah ini harus dipresentasikan dalam suatu pertemuan atau konferensi ilmiah. Suatu jurnal yang dipublikasikan oleh Erren TC dan Bourne PE (PLoS Comput Biol 3(5): e102. doi:10.1371/journal.pcbi.0030102) yang juga dimuat pada situs web University of VirginiaDeparment of Chemistry (http://chem.virginia.edu/graduate-studies/test-links-pg/how-to-make-a-scientific-poster/) mendeskripsikan 10 aturan sederhana untuk melakukan presentasi poster ilmiah yang baik.
Jadi sudah mengerti tentang poster ilmiah? Tunggu apa lagi gabung di berbagai event lomba poster ilmiah yang ada saat ini dan tunjukkan kreatifitas kalian
Mari berkarya,
Surya

Mengenal Sitasi I: Vancouver Style

Mengenal Sitasi I: Vancouver Style

“Daftar pustaka merupakan suatu bentuk kejujuran penulis dan penghargaan intelektual terhadap penulis lainnya”.  


Sebagai awal saya ingin memaparkan bahwa daftar pustaka merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sebuah karya tulis ilmiah. Ini berarti mau tidak mau atau suka tidak suka, dalam menulis sebuah karya seorang penulis diwajibkan juga untuk menulis daftar pustaka atau sitasi yang digunakannya. Dalam berbagai kompetisi karya tulis ilmiah pun melampirkan daftar pustaka merupakan sebuah keharusan, bahkan memenuhi 5% – 10% total penilaian. Namun sayangnya kesempatan untuk mendapatkan nilai penuh di 5% – 10% ini belum bisa dimanfaatkan dengan baik karena penulisannya yang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Tidak dapat dipungkiri memang, beberapa institusi memiliki ketentuannya sendiri dalam menulis sebuah rujukan. Setidaknya ada dua sistem yang diterima secara internasional dan umum digunakan dalam bidang kedokteran yaitu sistem Harvard dan sistem Vancouver.

Mungkin bagi yang masih awam dengan istilah sitasi (rujukan) dengan gaya vancouver atau harvard karena memang metode ini baru diperkenalkan dibangku perkuliahan. Orang-orang seringkali membedakan harvard dan vancouver hanya pada aplikasinya di halaman isi,
- Sistem harvard: metode pengobatan penyakit ini saat ini lebih kepada penggunaan antibiotika (Robert & Black, 2007)
- Sistem vancouver: metode pengobatan penyakit ini sebaiknya menggunakan kombinasi bedah dan medikamentosa1-3 
Tetapi lebih dari itu ada perbedaan yang mendasar pula pada penulisannya di daftar pustaka (dan hal ini yang jarang diperhatikan oleh kebanyakan penulis)

Saat ini saya memperkenalkan sistem sitasi dengan gaya vancouver (harvard baru dibahas pada artikel berikutnya). Sistem Vancouver merupakan sistem yang sering digunakan dalam berbagai jurnal ilmiah atau publikasi akademik. Sistem ini umumnya disebut author-number system karena sistemnya yang merujuk dengan menggunakan angka. Nama Vancouver diambil karena sistem ini merupakan hasil dari pertemuan yang dilaksanakan di Vancouver, British Columbia, Canada pada tahun 1979 yang merupakan cikal bakal berdirinya ICMJE (International Comitee of Medical Journal Editors). Dibandingkan harvard, vancouver lebih populer digunakan di jurnal kedokteran karena tidak terlalu banyak memakan tempat (karena hanya perlu menuliskan angka tanpa nama dan tahun) sehingga mengurangi jumlah halaman. Selain itu, vancouver juga memungkinkan penggunanya merujuk lebih dari satu sumber untuk sebuah pernyataan (kalimat) tanpa perlu merusak estetika penulisan.

Berikut ini akan saya jabarkan bagaimana konsep dasar menuliskan daftar pustaka dengan sistem Vancouver ketika menyitasi sebuah jurnal, buku, dan aplikasinya.

Menyitasi Sebuah Jurnal
Secara umum sitasi jurnal dengan sistem Vancouver adalah sebagai berikut:

Banyak ketentuan yang digunakan dengan menggunakan sistem ini. Berikut adalah ketentuan yang cukup penting untuk diperhatikan:

Nama Pengarang (Authors)
  1. Urutkan nama pengarang sesuai dengan yang tertera dalam jurnal.
  2. Taruhlah nama terakhir (last name) atau nama keluarga (family) pengarang dibagian depan untuk setiap pengarang.
  3. Ubah nama depan dan nama tengah yang tertera ke dalam inisial, maksimal dua inisial sesuai urutan nama depan dan tengah.
  4. Gunakan koma dan spasi untuk membedakan nama pengarang yang satu dengan lainnya.
  5. Akhiri informasi nama pengarang dengan menggunakan titik.
  6. Jika halaman merupakan suatu pertimbangan dan jumlah pengarang  cukup banyak, maka dapat menggunakan 3 pengarang pertama atau 6 pengarang pertama. Nama pengarang terakhir diikuti dengan koma dan spasi kemudian berikan “et al.” atau “and others.”
  7. Hilangkan jabatan, pangkat, titel, atau tanda kehormatan lainnya yang mengikuti nama pengarang
  8. Jika organisasi adalah pemilik dari artikel atau jurnal, maka ikuti ketentuan berikut
    Hilangkan “the” dalam menggunakan nama organisasi
  9. Jika dalam publikasi disertakan divisi organisasi yang bersangkutan, masukkan divisi tersebut setelah nama organisasi dan dipisahkan dengan koma. Jika ada lebih dari 2 divisi pisahkan dengan titik koma
  10. Jika nama pengarang atau pemilik tidak ditemukan, maka ketentuan yang berlaku adalah sebagai berikut
  11. Jika ditemukan nama editor atau translator, mulailah sitasi dengan nama editor atau translator, kemudian akhiri dengan koma dan berikan informasi tentang peranan orang tersebut.
  12. Jika tidak ditemukan baik nama pengarang, pemilik, editor, ataupun translator, mulailah dengan judul dari artikel tersebut. Jangan menggunakan anonymous.


Judul Tulisan / Artikel
  1. Masukan judul artikel sesuai dengan yang tertera dalam jurnal/publikasi.
  2. Kapitalkan hanya huruf pertama dari kata pertama dalam judul. Huruf kapital juga digunakan dalam  akronim, dan inisial.
  3. Gunakan titik dua diikuti dengan spasi untuk memisahkan judul dengan subjudul.
  4. Akhiri judul artikel dengan titik walaupun ada tanda tanya atau tanda seru dalam judul artikel tersebut.
  5. Jangan memasukkan header dalam sebuah jurnal (“case report study”, “case control study”) sebagai judul tulisan, kecuali daftar isi menyebutkan bahwa header tersebut termasuk dalam judul tulisan.

Nama Jurnal
  1. Masukan nama jurnal sesuai dengan bahasa aslinya.
  2. Gunakan abreviasi nama jurnal yang telah disepakati secara internasional.
  3. Gunakan huruf capital dalam mengawali setiap huruf dalam nama jurnal termasuk abreviasinya.
  4. Ada beberapa ketentuan dalam menetapkan abreviasi suatu jurnal.
  5. Gunakan abreviasi yang sesuai untuk bahasa Inggris pada umumnya (bisa dilihat di ) dan kapitalkan huruf pertamanya. Hilangkan kata “articles”, kata hubung, dan preposisi. Contoh: “of”, “the”, “at”, dan sebagainya
  6. Bisa melihat daftar susunan yang ditetapkan oleh beberapa publikasi seperti MedLine, PubMed, dan sebagainya. 
  7. Akhiri nama jurnal dengan menggunakan titik dan spasi.



Tanggal Publikasi
  1. Tanggal publikasi diurut mulai dari tahun, bulan dan hari publikasi.
  2. Bulan disingkat berdasarkan tiga huruf pertama.
  3. Akhiri informasi tanggal publikasi dengan titik dua.
  4. Terkadang beberapa jurnal memberikan suplemen (supplement), bagian (parts), atau edisi/nomor khusus (special number). Ini semua diletakkan setelah tanggal. Gunakan abreviasi berikut : Suppl, Pt, Spec No
  5. Gunakan hanya nomor arab saja.
  6. Terkadang suplemen diberikan nama daripada diberikan nomor. Jika demikian, gunakan singkatan yang telah disepakati secara internasional.
  7. Akhiri suplemen, bagian, atau nomor khusus dengan titik dua.


Nomor Volume dan Nomor Isu
  1. Hindari penggunaan kata “volume” atau “vol”. Nomor saja sudah cukup untuk menunjukan volume jurnal tersebut.
  2. Gunakan angka arab untuk nomor volume dan nomor isu. Pisahkan multipel volume dengan garis strip (-), misal 5-6, 10-11. Untuk nomor isu diletakkan di dalam kurung.
  3. Jika tidak ditemukan nomor volume jurnal, berikan titik koma setelah tanggal publikasi diikuti oleh nomor isu (yang diletakkan dalam kurung).
  4. Hindari penggunaan “number”, “num”, “no” atau kata-kata lainnya yang ingin menunjukkan nomor isu.
  5. Akhiri nomor isu dengan titik dua.

Lokasi dan Halaman
  1. Jangan mengulang nomor halaman kecuali diikuti oleh huruf.
  2. Akhiri lokasi atau halaman dengan menggunakan titik.
  3. Jika halaman tidak berurutan, gunakan tanda koma dan spasi untuk memisahkan antara halaman satu dengan lainnya.
  4. Jika dalam satu jurnal tidak disertakan halaman, maka tulis jumlah halaman yang dikutip. Misalkan mengutip 5 halaman maka tulislah [5 p.]. Letakkan dalam kurung kotak.

Menyitasi Sebuah Buku
Secara umum bentuk sitasi sebuah buku adalah sebagai berikut

Ketentuan sitasi sebuah buku dengan sistem Vancouver hampir mirip dengan ketentuan sitasi sebuah jurnal. Berikut hanya dijelaskan perbedaannya, sedangkan yang tidak dibahas pada bagian ini semuanya persis sama seperti saat mensitasi jurnal.

Edisi Buku
Bagian ini penting untuk dicantumkan, sehingga pembaca tahu edisi berapa yang digunakan oleh penulis (karena setiap edisi pasti ada beberapa perubahan di dalamnya!). Berikut ini adalah ketentuan dalam mencantumkan edisi buku.
  1. Edisi buku diletakkan setelah judul buku.
  2. Gunakan abreviasi untuk kata-kata yang umum digunakan. Misalkan ed. (edition), spec. (special), transl. (translation).
  3. Kapitalkan hanya huruf pertama dalam pernyataan edisi.
  4. Gunakan angka arab. Sebagai contoh second menjadi 2nd dan III menjadi 3rd.
  5. Akhiri edisi dengan titik.
  6. Jika buku tidak mencantumkan nomor edisinya, anggap saja buku itu merupakan edisi pertama.



Editor dan Penulis/Pemilik Kedua (Secondary Author) Dari Keseluruhan Buku
Yang dimaksud dengan secondary author adalah mereka yang memodifikasi pekerjaan dari pemilik utama. Sebagai contoh editor, translator, dan ilustrator. Berikut adalah ketentuan ketika mensitasi sebuah buku yang memiliki secondary author.
  1. Letakkan nama dari secondary author setelah pernyataan edisi buku.
  2. Untuk nama, ikuti format yang umum dalam sistem Vancouver (lihat penamaan saat mensitasi jurnal)
  3. Berikan tanda koma di akhir nama editor diikuti kata ‘editor’, diakhir nama ilustrator dengan koma diikuti kata ‘ilustrator’, dan lain sebagainya.
  4. Akhiri informasi secondary author dengan titik.
  5. Jika tidak ada pemilik utama dari buku tersebut, pindahkan secondary author menjadi pemilik utama.

Penerbit Untuk Keseluruhan Buku
Berikut adalah ketentuan untuk mencantumkan penerbit.
  1. Cantumkan penerbit sesuai yang tertera dalam publikasinya. Gunakan kapitalisasi huruf sesuai dengan yang tertera dalam buku.
  2. Abreviasikan penerbit yang telah diketahui oleh umum jika diperlukan, tetapi tetap harus dipertimbangkan ketika menyingkat nama penerbit untuk menghindari kebingungan pembaca.
  3. Apabila divisi dari penerbit tersebut dicantumkan dalam buku, maka nama penerbit ditaruh di awal kemudian diikuti oleh nama divisi tersebut.
  4. Jika ditemukan lebih dari satu penerbit, pilihlah penerbit yang ada diurutan paling atas atau satu penerbit yang dicetak dengan huruf besar atau ditebalkan.
  5. Jika tidak ditemukan nama penerbit, maka tulislah “publisher unknown” dalam kolom kotak. Akhiri informasi penerbit dengan titik koma.


Lokasi / Halaman
Untuk mencantumkan lokasi halaman dalam sebuah buku sedikit berbeda dengan cara mencantumkan halaman dalam sebuah jurnal.
  1. Jangan menghitung bagian berikut sebagai halaman: introductory material, lampiran, indeks, walaupun dalam sebuah buku bagian ini diberikan halaman.
  2. Berikan nomor halaman dihalaman teks tersebut dikutip diikuti huruf p.
  3. Untuk buku yang terdiri lebih dari satu volume, kutip total nomor dari keseluruhan volume termasuk volume dari halaman yang dikutip.
  4. Jika dalam buku tidak terdapat halaman, maka hitung jumlah halaman yang anda kutip, kemudian tambahkan ”leaves”.


·       Akhiri informasi lokasi/halaman dengan titik.

Bagaimana Cara Merujuk Kepustakaan di Dalam Karya?
Setelah kita mengetahui bagaimana cara menulis daftar pustaka ala Vancouver dengan benar, sekarang akan dibahas bagaimana menuliskan rujukan dalam paragraf suatu karya. Berikut adalah beberapa ketentuan dan penjelasan dalam menulis rujukan dalam sebuah kalimat/paragraf.
  1. Sistem Vancouver menggunakan sistem penomoran untuk menyatakan sumber yang digunakan dalam tulisan. Apresiasi penulis terhadap penulis karya yang dikutipnya diwujudkan dalam nomor ini.
  2. Nomor ini bersifat statis, artinya nomor yang digunakan di dalam paragraf manapun selalu sama ketika mengutip dari sumber yang sama.
  3. Nomor ini ditulis disebelah kanan koma atau titik, dan disebelah kiri titik dua atau titik koma. Angka rujukan tersebut dapat ditulis superscript atau dalam kurung.

Selamat Menyitasi,
Bosman